Selasa, 23 Oktober 2012

Cuplikan

Saat ini, banyak hal yang mondar mandir dalam pikiran dan hati saia.

Hal-hal tersebut datang sejak saya mengenal suatu bisnis yang menurut saya ini adalah bisnis kemanusiaan, dimana dalam bisnis itu saia dapat membantu orang-orang disekitar saia dengan melindungi finansial mereka dari resiko-resiko yang tidak terduga kedepannya dan bisnis tersebut pula yang membuat saya berani berMIMPI akan mimpi-mimpi yang dahulu tidak berani saya impikan.

Namun, sampai saat ini saia masih bimbang dalam memutuskan harus seperti apa?? :-s

Untungnya, saia mengenal orang-orang hebat yang sudah dulu sukses di bisnis ini dan saia mendapat beberapa pencerahan atas apa yang akan saia putuskan nantinya. Saia ingin men-share beberapa cuplikan dari cerita-cerita yang saia dapat dari salah satu orang hebat tersebut yang saia kenal di bisnis ini, yaitu pak Gusnul Pribadi. Berikut beberapa cuplikas cerita beliau yang membuat saia bangkit dan percaya akan bisnis ini :

1. Suatu keputusan yang berani dan dipertanggungjawabkan
Sepanjang jalan menuju dan dari Narmada, Moyo sempat bercerita tentang keputusannya berhenti bekerja sebagai karyawan untuk memulai bisnis. Keputusan yang sempat ditentang orang tuanya dengan pertanyaan ,”Mau dikasih makan apa anak-anakmu kalau kamu tidak bekerja?”
“Pak, mohon restunya. Dan kalaupun ada seseorang yang harus terakhir makan karena keputusan saya ini, orang itu adalah saya.”
Keputusan yang berani, bukan Moyo yang dahulu saya kenal. Naluri bisnisnya menajam. Intuisi negosiasinya juga baik. Bolak-balik dia bercerita tentang buku Chairul Tanjung, Si Anak Singkong. Dan saya ingin simpulkan 2 hal tentang Moyo :
Pertama,
Banyak orang yang menghakimi ciptaan Tuhan yang bernama ‘diri saya sendiri’ dengan banyak ketidakmampuan.
“Saya gak bakat begitu” ;
“Ya si ini kan jago hitung, saya enggak” ;
“Saya paling gak bisa kalau harus melakukan itu”.
Tapi apa yang saya lihat pada sosok Moyo membalik semuanya, dia bertransformasi menjadi seorang yang optimis dan melihat peluang-peluang menjadi bisnis.
Kedua,
Panutan. Role Model. Sesuatu yang pernah dicapai oleh orang lain, insya Allah bisa dicapai oleh siapapun, termasuk kita. Buku Chairul Tanjung yang dia baca sedikit banyak menjadi panutan dia dalam melangkah dalam keberanian bisnisnya.

2. Siapa yang bertahan akan menjadi pemenangnya
Di sebuah restoran lokal, kami langsung diserbu oleh beberapa anak kecil yang menawarkan barang dagangan yang sama, gelang kayu.
“Bagus mas, beli 1 mas…”
“Nanti abis makan saja boleh kok mas..”
“Harganya murah kok mas…”
Tak lama sang pemilik restoran keluar mengusir mereka, nampaknya ia tak ingin pelanggannya terganggu. Beberapa saat setelah ia masuk, anak-anak itu kembali merubung kami. 5 orang.
Satu persatu mereka pergi meninggalkan kami, karena memang kami tidak ingin membeli gelang itu. Belum. 3 orang…2 orang….dan akhirnya mereka semua meninggalkan kami. Tapi, ada seorang lagi yang muncul dari pagar tempat kami duduk. Dia kembali menawarkan dagangannya…
Hmm, salah satu anak tadi. Belum menyerah dia rupanya. Dia tetap menawarkan barang dagangannya. Kadang kesal terdengar, sampai pada akhir kami sampai pada keputusan untuk membelinya. Dan saya katakan pada istri saya ,”Pada akhirnya siapa yang bertahan akan menjadi pemenangnya ya…”

3. ‘For The Sake of The Teamwork’
"Pemimpin itu tempatnya bukan di atas. Dia di depan ketika pengikutnya bingung, dia di belakang ketika pengikutnya mulai loyo melangkah, dan dia dilihat oleh pengikutnya.”
Lihat bagaimana Phil Jackson sang pelatih maestro bola basket menangani Bulls.
Ada Dennis Rodman, pemain basket paling baj*#gan yang pernah ada.
Ada John Paxson yang sangat pendiam dan kalem.
Ada pula Michael Jordan, pemain dengan skill yang tidak diragukan.
Bagaimana Phil Jackson merangkul semua pemain dengan berbagai latar belakang inilah yang membuatnya sukses, dimanapun dia berada. Dia tidak mengedepankan egonya untuk tidak menyukai anggota tim yang berseberangan dengannya dan justru menjadi ayah yang dihormati oleh anak-anak pemainnya di Chicago Bulls.
Kerjasama..
Mereka butuh kita untuk maju…
Kita juga butuh mereka untuk menjadi besar…
So…redam ego kita sebagai orang yang sudah lebih dulu ada di sebuah institusi atau bisnis.

4. Pemimpin sebagai contoh, bukan tukang perintah
Satu hal yang sangat menarik buat saya ketika saya menanyakan kiat-kiat suksesnya, Dia mengacungkan salah satu jarinya di depan saya dan berkata
“Jangan pernah gunakan jari ini….”
Saya bingung,
Tidak membiarkan saya berlama-lama dalam kebingungan, dia sambung dengan cerita,
“Suatu kali saya sedang berkeliling di kebun saya, dan saya melihat salah seorang pekerja saya sedang mencangkul tanah. Saya lihat ada yang kurang dari hasil cangkulan dia…”
“Saya hampiri dia, cukup jauh dia berdiri dari saya. Saya rangkul pundaknya dan saya katakan bahwa saya ingin menunjukkan sesuatu. Saya ajak dia ke tanah yang dia cangkul, saya tunjukkan hasil cangkulannya, lalu saya ambil cangkul dia, saya tunjukkan cangkulan yang saya inginkan, dan dia pun memperbaiki cangkulannya seperti apa yang saya contohkan”
Dari cerita dia, saya langsung paham tentang perkataan ,”Jangan pernah gunakan jari ini”. Jari itu adalah telunjuk.

5. Lapangkan dada kita untuk menampung segala kepahitan
Pak tua tertawa terbahak sambil berkata: “Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.
Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kamu dapat lakukan; lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu.”
Pak tua itu lalu kembali menasehatkan: “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu, dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.”

6. Syukur
Jadi…
Syukur adalah gaya hidup kita.
Kita hidup untuk bersyukur.
Caranya adalah dengan menggunakan apa-apa yang sudah Tuhan titipkan pada kita sesuai dengan tempatnya.
Dalam bisnis kita,
Sudahkah kita adil pada Sang Pemberi mata untuk memanfaatkannya sebaik mungkin untuk melihat peluang-peluang yang ada?
Sudahkah kita menggunakan otak kita untuk berpikir apa yang kita bisa kontribusikan untuk orang lain?
Sudahkah kita menggunakan tenaga kita secara optimal untuk melakukan apa yang menjadi tugas kita?
Jika belum, apa pantas kita didengarkan dan dilihat oleh-Nya sebagai hamba yang bersyukur? TIDAK! Sekali-kali tidak. Tak lain kita adalah hamba yang sia-sia hidup di bumi ini.
Maka…
Adillah kepada sang waktu, dia sudah hadir padamu, maka gauli dia dengan baik…
Adillah pada sang kesempatan, dia sudah hadir di depanmu, maka tangkap dia dengan bijak…
Adillah pada sang pengetahuan, dia sudah masuk dalam pemahaman kita, maka gunakanlah dia…
Adillah kepada mereka, karena mereka sudah hadir dalam kehidupan kita…

7. Tanggung Jawab
Adalah bagaimana Anda menunjukkan TANGGUNG JAWAB Anda pada profesi Andalah yang membuat orang-orang di sekitar Anda mengerti Anda…
Semua orang menghormati tanggung jawab, karena itu adalah nilai dasar!
Anak-anak akan setuju dengan ‘tanggung jawab’ Anda, untuk itulah mereka mengijinkan Anda..
Orang tua dan mertua akan setuju dengan ‘tanggung jawab’ Anda, untuk itulah mereka bisa mengerti ketika Anda meninggalkan anak-anak…
MASALAHNYA ADALAH….
Apakah diri Anda sendiri menunjukkan kepada dunia luar bahwa Anda memiliki Tanggung Jawab itu? Ataukah Anda sendiri yang merendahkan tanggung jawab terhadap profesi Anda sehingga orang lain mengasihani Anda seperti Anda tidak ada pekerjaan?
Supaya mudah…
Ingatlah kembali Tanggung Jawab yang Anda tunjukkan ketika bekerja di kantor, meski pahit, diomeli, harus dtg ontime,pulang malam, gaji kecil, namun ANDA TETAP MELAKUKANNYA! Itulah Tanggung Jawab!
Ingat rasa itu…
Rasa itu bernama….TANGGUNG JAWAB

Semua langkah dan keputusan saia ini, semoga diberkati olehNya. Biarlah saia mulai melangkah dan terjadilah menurut kehendakNya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar