Jumat, 06 September 2013

Belajar Jatuh Cinta (lagi)

Pada hari pernikahanku, aku menggendong istriku. Mobil pengantin berhenti di depan apartment kami. Teman-teman memaksaku menggendong istriku keluar dari mobil. Lalu aku menggendongnya ke rumah kami. Dia tersipu malu-malu. Saat itu, aku adalah seorang pengantin pria yang kuat dan bahagia.

Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.

Hari-hari berikutnya berjalan biasa. Kami memiliki seorang anak, aku bekerja sebagai pengusaha dan berusaha menghasilkan uang lebih. Ketika aset-aset perusahaan meningkat, kasih sayang diantara aku dan istriku seperti mulai menurun.

Istriku seorang pegawai pemerintah. Setiap pagi kami pergi bersama dan pulang hampir di waktu yang bersamaan. Anak kami bersekolah di sekolah asrama. Kehidupan pernikahan kami terlihat sangat bahagia, namun kehidupan yang tenang sepertinya lebih mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang tak terduga.

Lalu Jane datang ke dalam kehidupanku.

Hari itu hari yang cerah. Aku berdiri di balkon yang luas. Jane memelukku dari belakang. Sekali lagi hatiku seperti terbenam di dalam cintanya. Apartment ini aku belikan untuknya. Lalu Jane berkata, "Kau adalah laki-laki yang pandai memikat wanita." Kata-katanya tiba-tiba mengingatkan ku pada istriku. Ketika kami baru menikah, istriku berkata "Laki-laki sepertimu, ketika sukses nanti, akan memikat banyak wanita." Memikirkan hal ini, aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu, aku telah mengkhianati istriku.

Aku menyampingkan tangan Jane dan berkata, "Kamu perlu memilih beberapa furnitur, ok? Ada yang perlu aku lakukan di perusahaan." Dia terlihat tidak senang, karena aku telah berjanji akan menemaninya melihat-lihat furnitur. Sesaat, pikiran untuk bercerai menjadi semakin jelas walaupun sebelumnya tampak mustahil. Bagaimanapun juga, akan sulit untuk mengatakannya pada istriku. Tidak peduli selembut apapun aku mengatakannya, dia akan sangat terluka. Sejujurnya, dia adalah seorang istri yang baik. Setiap malam, dia selalu sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk di depan televisi. Makan malam akan segera tersedia. Kemudian kami menonton TV bersama. Hal ini sebelumnya merupakan hiburan bagiku.

Suatu hari aku bertanya pada istriku dengan bercanda, "Kalau misalnya kita bercerai, apa yang akan kamu lakukan?" Dia menatapku beberapa saat tanpa berkata apapun. Kelihatannya dia seorang yang percaya bahwa perceraian tidak akan datang padanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya ketika nanti dia tahu bahwa aku serius tentang ini.

Ketika istriku datang ke kantorku, Jane langsung pegi keluar. Hampir semua pegawai melihat istriku dengan pandangan simpatik dan mencoba menyembunyikan apa yang sedang terjadi ketika berbicara dengannya. Istriku seperti mendapat sedikit petunjuk. Dia tersenyum dengan lembut kepada bawahan-bawahanku. Tapi aku melihat ada perasaan luka di matanya.

Sekali lagi, Jane berkata padaku, "Sayang, ceraikan dia, ok? Lalu kita akan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak bisa ragu-ragu lagi.

Ketika aku pulang malam itu, istriku sedang menyiapkan makan malam. Aku menggemgam tangannya dan berkata, "Ada yang ingin aku bicarakan." Dia kemudian duduk dan makan dalam diam. Lagi, aku melihat perasaan luka dari matanya.

Tiba-tiba aku tidak bisa membuka mulutku. Tapi aku harus tetap mengatakan ini pada istriku. Aku ingin bercerai. Aku memulai pembicaraan dengan tenang.

Dia seperti tidak terganggu dengan kata-kataku, sebaliknya malah bertanya dengan lembut, "Kenapa?"

Aku menghindari pertanyaannya. Hal ini membuatnya marah. Dia melempar sumpit dan berteriak padaku, "Kamu bukan seorang pria!" Malam itu, kami tidak saling bicara. Dia menangis. Aku tahu, dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam pernikahan kami. Tapi aku sulit memberikannya jawaban yang memuaskan, bahwa hatiku telah memilih Jane. Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya mengasihaninya!

Dengan perasaan bersalah, aku membuat perjanjian perceraian yang menyatakan bahwa istriku bisa memiliki rumah kami, mobil kami dan 30% aset perusahaanku.

Dia melirik surat itu dan kemudian merobek-robeknya. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya denganku telah menjadi seorang yang asing bagiku. Aku menyesal karena telah menyia-nyiakan waktu, daya dan tenaganya tapi aku tidak bisa menarik kembali apa yang telah aku katakan karena aku sangat mencintai Jane. Akhirnya istriku menangis dengan keras di depanku, yang telah aku perkirakan sebelumnya. Bagiku, tangisannya adalah semacam pelepasan. Pikiran tentang perceraian yang telah memenuhi diriku selama beberapa minggu belakangan, sekarang menjadi tampak tegas dan jelas.

Hari berikutnya, aku pulang terlambat dan melihat istriku menulis sesuatu di meja makan. Aku tidak makan malam, tapi langsung tidur dan tertidur dengan cepat karena telah seharian bersama Jane.

Ketika aku terbangun, istriku masih disana, menulis. Aku tidak mempedulikannya dan langsung kembali tidur.

Paginya, dia menyerahkan syarat perceraiannya: Dia tidak menginginkan apapun dariku, hanya menginginkan perhatian selama sebulan sebelum perceraian. Dia meminta dalam 1 bulan itu kami berdua harus berusaha hidup sebiasa mungkin. Alasannya sederhana : Anak kami sedang menghadapi ujian dalam sebulan itu, dan dia tidak mau mengacaukan anak kami dengan perceraian kami.

Aku setuju saja dengan permintaannya. Namun dia meminta satu lagi, dia memintaku untuk meingat bagaimana menggendongnya ketika aku membawanya ke kamar pengantin, di hari pernikahan kami.

Dia memintanya selama 1 bulan setiap hari, aku menggendongnya keluar dari kamar kami, ke pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia gila. Aku menerima permintaannya yang aneh karena hanya ingin membuat hari-hari terakhir kebersamaan kami lebih mudah diterima olehnya.

Aku memberi tahu Jane tentang syarat perceraian dari istriku. Dia tertawa keras dan berpikir bahwa hal itu berlebihan. "Trik apapun yang dia gunakan, dia harus tetap menghadapi perceraian!", kata Jane, dengan nada menghina.

Istriku dan aku sudah lama tidak melakukan kontak fisik sejak keinginan untuk bercerai mulai terpikirkan olehku. Jadi, ketika aku menggendongnya di hari pertama, kami berdua tampak canggung. Anak kami tepuk tangan di belakang kami. Katanya, "Papa menggendong mama!" Kata-katanya membuat ku merasa terluka. Dari kamar ke ruang tamu, lalu ke pintu depan, aku berjalan sejauh 10 meter, dengan dirinya dipelukanku. Dia menutup mata dan berbisik padaku, "Jangan bilang anak kita mengenai perceraian ini." Aku mengangguk, merasa sedih. Aku menurunkannya di depan pintu. Dia pergi untuk menunggu bus untuk bekerja. Aku sendiri naik mobil ke kantor.

Hari kedua, kami berdua lebih mudah bertindak. Dia bersandar di dadaku. Aku bisa mencium wangi dari pakaiannya. Aku tersadar, sudah lama aku tidak sungguh-sungguh memperhatikan wanita ini. Aku sadar dia sudah tidak muda lagi, ada garis halus di wajahnya, rambutnya memutih. Pernikahan kami telah membuatnya susah. Sesaat aku terheran, apa yang telah aku lakukan padanya.

Hari keempat, ketika aku menggendongnya, aku merasa rasa kedekatan seperti kembali lagi. Wanita ini adalah seorang yang telah memberikan 10 tahun kehidupannya padaku.

Hari kelima dan keenam, aku sadar rasa kedekatan kami semakin bertumbuh. Aku tidak mengatakan ini pada Jane. Seiring berjalannya waktu semakin mudah menggendongnya. Mungkin karena aku rajin berolahraga membuatku semakin kuat.

Satu pagi, istriku sedang memilih pakaian yang dia ingin kenakan. Dia mencoba beberpa pakaian tapi tidak menemukan yang pas. Kemudian dia menghela nafas, "Pakaianku semua jadi besar." Tiba-tiba aku tersadar bahwa dia telah menjadi sangat kurus. Ini lah alasan aku bisa menggendongnya dengan mudah.

Tiba-tiba aku terpukul. Dia telah memendam rasa sakit dan kepahitan yang luar biasa di hatinya. Tanpa sadar aku menyentuh kepalanya.

Anak kami datang saat itu dan berkata, "Pa, sudah waktunya menggendong mama keluar." Bagi anak kami, melihat ayahnya menggendong ibunya keluar telah menjadi arti penting dalam hidupnya. Istriku melambai pada anakku untuk mendekat dan memeluknya erat. Aku mengalihkan wajahku karena takut aku akan berubah pikiran pada saat terakhir. Kemudian aku menggendong istriku, jalan dari kamar, ke ruang tamu, ke pintu depan. Tangannya melingkar di leherku dengan lembut. Aku menggendongnya dengan erat, seperti ketika hari pernikahan kami.

Tapi berat badannya yang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya, sulit sekali bagiku untuk bergerak. Anak kami telah pergi ke sekolah. Aku menggendongnya dengan erat dan berkata, "Aku tidak memperhatikan kalau selama ini kita kurang kedekatan."

Aku pergi ke kantor, keluar cepat dari mobil tanpa mengunci pintunya. Aku takut, penundaan apapun akan mengubah pikiranku. Aku jalan keatas, Jane membuka pintu dan aku berkata padanya, "Maaf, Jane, aku tidak mau perceraian."

Dia menatapku, dengan heran menyentuh keningku. "Kamu demam?", tanyanya. Aku menyingkirkan tangannya dari kepalaku. "Maaf, Jane, aku bilang, aku tidak akan bercerai." Kehidupan pernikahanku selama ini membosankan mungkin karena aku dan istriku tidak menilai segala detail kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai. Sekarang aku sadar, sejak aku menggendongnya ke rumahku di hari pernikahan kami, aku harus terus menggendongnya sampai maut memisahkan kami.

Jane seperti tiba-tiba tersadar. Dia menamparku keras kemudian membanting pintu dan lari sambil menangis. Aku turun dan pergi keluar.

Di toko bunga, ketika aku berkendara pulang, aku memesan satu buket bunga untuk istriku. Penjual menanyakan padaku apa yang ingin aku tulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis, aku akan menggendongmu setiap pagi sampai maut memisahkan kita.

Sore itu, aku sampai rumah, dengan bunga di tanganku, senyum di wajahku, aku berlari ke kamar atas, hanya untuk menemukan istriku terbaring di tempat tidur - meninggal. Istriku telah melawan kanker selama berbulan-bulan dan aku terlalu sibuk dengan Jane sampai tidak memperhatikannya. Dia tahu dia akan segera meninggal, dan dia ingin menyelamatku dari reaksi negatif apapun dari anak kami, seandainya kami jadi bercerai. -- Setidaknya, di mata anak kami --- aku adalah suami yang penyayang.

Hal-hal kecil di dalam kehidupanmu adalah yang paling penting dalam suatu hubungan. Bukan rumah besar, mobil, properti atau uang di bank. Semua ini menunjang kebahagian tapi tidak bisa memberikan kebahagian itu sendiri. Jadi, carilah waktu untuk menjadi teman bagi pasanganmu, dan lakukan hal-hal yang kecil bersama-sama untuk membangun kedekatan itu. Miliki pernikahan yang sungguh-sungguh dan bahagia.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kalau kamu tidak share ini, tidak akan terjadi apa-apa padamu.

Kalau share, mungkin kamu menyelamatkan satu pernikahan.
Banyaknya kegagalan dalam kehidupan karena orang tidak sadar betapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka telah menyerah.

Menikah itu adalah jatuh cinta yg terus menerus kepada pasangan masing-masing, belajar mencintai kembali, komunikasi, menekan ego, bersabar, mengalah dan bijaksana dalam berucap serta bertindak. :)

Selasa, 23 Oktober 2012

Cuplikan

Saat ini, banyak hal yang mondar mandir dalam pikiran dan hati saia.

Hal-hal tersebut datang sejak saya mengenal suatu bisnis yang menurut saya ini adalah bisnis kemanusiaan, dimana dalam bisnis itu saia dapat membantu orang-orang disekitar saia dengan melindungi finansial mereka dari resiko-resiko yang tidak terduga kedepannya dan bisnis tersebut pula yang membuat saya berani berMIMPI akan mimpi-mimpi yang dahulu tidak berani saya impikan.

Namun, sampai saat ini saia masih bimbang dalam memutuskan harus seperti apa?? :-s

Untungnya, saia mengenal orang-orang hebat yang sudah dulu sukses di bisnis ini dan saia mendapat beberapa pencerahan atas apa yang akan saia putuskan nantinya. Saia ingin men-share beberapa cuplikan dari cerita-cerita yang saia dapat dari salah satu orang hebat tersebut yang saia kenal di bisnis ini, yaitu pak Gusnul Pribadi. Berikut beberapa cuplikas cerita beliau yang membuat saia bangkit dan percaya akan bisnis ini :

1. Suatu keputusan yang berani dan dipertanggungjawabkan
Sepanjang jalan menuju dan dari Narmada, Moyo sempat bercerita tentang keputusannya berhenti bekerja sebagai karyawan untuk memulai bisnis. Keputusan yang sempat ditentang orang tuanya dengan pertanyaan ,”Mau dikasih makan apa anak-anakmu kalau kamu tidak bekerja?”
“Pak, mohon restunya. Dan kalaupun ada seseorang yang harus terakhir makan karena keputusan saya ini, orang itu adalah saya.”
Keputusan yang berani, bukan Moyo yang dahulu saya kenal. Naluri bisnisnya menajam. Intuisi negosiasinya juga baik. Bolak-balik dia bercerita tentang buku Chairul Tanjung, Si Anak Singkong. Dan saya ingin simpulkan 2 hal tentang Moyo :
Pertama,
Banyak orang yang menghakimi ciptaan Tuhan yang bernama ‘diri saya sendiri’ dengan banyak ketidakmampuan.
“Saya gak bakat begitu” ;
“Ya si ini kan jago hitung, saya enggak” ;
“Saya paling gak bisa kalau harus melakukan itu”.
Tapi apa yang saya lihat pada sosok Moyo membalik semuanya, dia bertransformasi menjadi seorang yang optimis dan melihat peluang-peluang menjadi bisnis.
Kedua,
Panutan. Role Model. Sesuatu yang pernah dicapai oleh orang lain, insya Allah bisa dicapai oleh siapapun, termasuk kita. Buku Chairul Tanjung yang dia baca sedikit banyak menjadi panutan dia dalam melangkah dalam keberanian bisnisnya.

2. Siapa yang bertahan akan menjadi pemenangnya
Di sebuah restoran lokal, kami langsung diserbu oleh beberapa anak kecil yang menawarkan barang dagangan yang sama, gelang kayu.
“Bagus mas, beli 1 mas…”
“Nanti abis makan saja boleh kok mas..”
“Harganya murah kok mas…”
Tak lama sang pemilik restoran keluar mengusir mereka, nampaknya ia tak ingin pelanggannya terganggu. Beberapa saat setelah ia masuk, anak-anak itu kembali merubung kami. 5 orang.
Satu persatu mereka pergi meninggalkan kami, karena memang kami tidak ingin membeli gelang itu. Belum. 3 orang…2 orang….dan akhirnya mereka semua meninggalkan kami. Tapi, ada seorang lagi yang muncul dari pagar tempat kami duduk. Dia kembali menawarkan dagangannya…
Hmm, salah satu anak tadi. Belum menyerah dia rupanya. Dia tetap menawarkan barang dagangannya. Kadang kesal terdengar, sampai pada akhir kami sampai pada keputusan untuk membelinya. Dan saya katakan pada istri saya ,”Pada akhirnya siapa yang bertahan akan menjadi pemenangnya ya…”

3. ‘For The Sake of The Teamwork’
"Pemimpin itu tempatnya bukan di atas. Dia di depan ketika pengikutnya bingung, dia di belakang ketika pengikutnya mulai loyo melangkah, dan dia dilihat oleh pengikutnya.”
Lihat bagaimana Phil Jackson sang pelatih maestro bola basket menangani Bulls.
Ada Dennis Rodman, pemain basket paling baj*#gan yang pernah ada.
Ada John Paxson yang sangat pendiam dan kalem.
Ada pula Michael Jordan, pemain dengan skill yang tidak diragukan.
Bagaimana Phil Jackson merangkul semua pemain dengan berbagai latar belakang inilah yang membuatnya sukses, dimanapun dia berada. Dia tidak mengedepankan egonya untuk tidak menyukai anggota tim yang berseberangan dengannya dan justru menjadi ayah yang dihormati oleh anak-anak pemainnya di Chicago Bulls.
Kerjasama..
Mereka butuh kita untuk maju…
Kita juga butuh mereka untuk menjadi besar…
So…redam ego kita sebagai orang yang sudah lebih dulu ada di sebuah institusi atau bisnis.

4. Pemimpin sebagai contoh, bukan tukang perintah
Satu hal yang sangat menarik buat saya ketika saya menanyakan kiat-kiat suksesnya, Dia mengacungkan salah satu jarinya di depan saya dan berkata
“Jangan pernah gunakan jari ini….”
Saya bingung,
Tidak membiarkan saya berlama-lama dalam kebingungan, dia sambung dengan cerita,
“Suatu kali saya sedang berkeliling di kebun saya, dan saya melihat salah seorang pekerja saya sedang mencangkul tanah. Saya lihat ada yang kurang dari hasil cangkulan dia…”
“Saya hampiri dia, cukup jauh dia berdiri dari saya. Saya rangkul pundaknya dan saya katakan bahwa saya ingin menunjukkan sesuatu. Saya ajak dia ke tanah yang dia cangkul, saya tunjukkan hasil cangkulannya, lalu saya ambil cangkul dia, saya tunjukkan cangkulan yang saya inginkan, dan dia pun memperbaiki cangkulannya seperti apa yang saya contohkan”
Dari cerita dia, saya langsung paham tentang perkataan ,”Jangan pernah gunakan jari ini”. Jari itu adalah telunjuk.

5. Lapangkan dada kita untuk menampung segala kepahitan
Pak tua tertawa terbahak sambil berkata: “Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya.
Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kamu dapat lakukan; lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu.”
Pak tua itu lalu kembali menasehatkan: “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan itu, dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.”

6. Syukur
Jadi…
Syukur adalah gaya hidup kita.
Kita hidup untuk bersyukur.
Caranya adalah dengan menggunakan apa-apa yang sudah Tuhan titipkan pada kita sesuai dengan tempatnya.
Dalam bisnis kita,
Sudahkah kita adil pada Sang Pemberi mata untuk memanfaatkannya sebaik mungkin untuk melihat peluang-peluang yang ada?
Sudahkah kita menggunakan otak kita untuk berpikir apa yang kita bisa kontribusikan untuk orang lain?
Sudahkah kita menggunakan tenaga kita secara optimal untuk melakukan apa yang menjadi tugas kita?
Jika belum, apa pantas kita didengarkan dan dilihat oleh-Nya sebagai hamba yang bersyukur? TIDAK! Sekali-kali tidak. Tak lain kita adalah hamba yang sia-sia hidup di bumi ini.
Maka…
Adillah kepada sang waktu, dia sudah hadir padamu, maka gauli dia dengan baik…
Adillah pada sang kesempatan, dia sudah hadir di depanmu, maka tangkap dia dengan bijak…
Adillah pada sang pengetahuan, dia sudah masuk dalam pemahaman kita, maka gunakanlah dia…
Adillah kepada mereka, karena mereka sudah hadir dalam kehidupan kita…

7. Tanggung Jawab
Adalah bagaimana Anda menunjukkan TANGGUNG JAWAB Anda pada profesi Andalah yang membuat orang-orang di sekitar Anda mengerti Anda…
Semua orang menghormati tanggung jawab, karena itu adalah nilai dasar!
Anak-anak akan setuju dengan ‘tanggung jawab’ Anda, untuk itulah mereka mengijinkan Anda..
Orang tua dan mertua akan setuju dengan ‘tanggung jawab’ Anda, untuk itulah mereka bisa mengerti ketika Anda meninggalkan anak-anak…
MASALAHNYA ADALAH….
Apakah diri Anda sendiri menunjukkan kepada dunia luar bahwa Anda memiliki Tanggung Jawab itu? Ataukah Anda sendiri yang merendahkan tanggung jawab terhadap profesi Anda sehingga orang lain mengasihani Anda seperti Anda tidak ada pekerjaan?
Supaya mudah…
Ingatlah kembali Tanggung Jawab yang Anda tunjukkan ketika bekerja di kantor, meski pahit, diomeli, harus dtg ontime,pulang malam, gaji kecil, namun ANDA TETAP MELAKUKANNYA! Itulah Tanggung Jawab!
Ingat rasa itu…
Rasa itu bernama….TANGGUNG JAWAB

Semua langkah dan keputusan saia ini, semoga diberkati olehNya. Biarlah saia mulai melangkah dan terjadilah menurut kehendakNya. Amin.

Corat coret lagi..

Wiihhhh....


Sudah lama ternyata saia tidak menyentuh blog saia ini.. lebih kurang hampir 1 tahun saya tidak mengutak atiknya lagi, dan ga kerasa besok 24 Oktober 2012, Ben ulang tahun yang pertama.. Thanks God :)

Sedikit banyak saia ingin menceritakan tentang masa-masa tumbuh kembang Ben, putra pertama saia ini.

Diawal-awal hadirnya Ben ke dunia ini, saia dan istri saia sangat bahagia sekali, karena anak yang sudah didalam kandungan selama 9 bulan 11 hari akhirnya lahr juga. Saat itu juga, saia bersyukur kepadaNya, karena telah dipercaya untuk menjaga titipanNya tersebut.

Dari 0 - 6 bulan pertama, Ben tumbuh dengan sehat karena sang Bunda memberinya ASI eksklusif yang tidak tergantikan oleh susu formula yang terbaik sekalipun. Sehingga badan Ben cukup padat berisi a.k.a gemuk. :)

Dari kecil, Ben sudah terlihat aktif dalam bergerak, sehingga setelah Ben sudah dapat belajar tengkurep, terlentang dan bisa duduk, badannya yang tadinya gemuk perlahan-lahan mulai menyesuaikan dengan keaktifan Ben a.k.a agak kurus.. Tapi ga apa-apa lah yang penting sehat.. Hehehehe..

Saat Ben berumur 6 bulan lebih / sekitar bulan Mei yang lalu, Ben dibaptis di Gereja St. Matius Penginjil oleh Romo Gerpasius SX. dan yang menjadi wali baptisnya ialah teman dari istri saia, yaitu Stephanie Lasmita yang merupakan seorang guru juga.

Saat mendekati umur 1 tahun ini, kira-kira 2-3 minggu sebelumnya, Ben sudah mulai belajar merambat dan berjalan pelan-pelan.. Ben sangat interest untuk dapat berjalan, sehingga dalam waktu kurang dari 1 tahun ini, Ben sudah dapat bangun dan jalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Ya, walaupun sudah bisa berjalan namun saia dan istri tetap mengawasinya, karena kalau sudah berjalan dan bermain dengan teman-temannya, Ben girang sekali dan berjalan agak cepat (setengah berlari), padahal jalan biasa saja belum terlalu terjaga keseimbangannya, ini malah sudah mau berlari.. Hadeeuuhhh... Dasarnya Ben anak yang aktif.. :)

Besok tanggal 24 Oktober 2012, kami akan berdoa mengucap syukur kepada Tuhan di Gereja, karena sudah melindungi, memberkati, memberikan kesehatan dan rezeki pada anak kami, Ben. Sehingga Ben boleh menginjak usia yang genap 1 tahun esok hari. Saia dan istri memang tidak mengadakan pesta dan mengundang teman2nya Ben, kami hanya akan membagi-bagikan rasa syukur kami kepada orang-orang disekitar lingkungan kami.

Semoga  hal tersebut dapat tertanam dihati anak kami, Ben. Agar dapat selalu bersyukur atas segala hal yang telah terjadi baik itu yang buruk sekalipun, serta dapat berbagi kasih dengan orang-orang disekitarnya.

Terima kasih Tuhan Yesus atas berkat dan kasih karunia yang telah Engkau curahkan kepada anak kami, Ben.

Semoga Engkau yang Maha Kuasa, selalu melindungi dan memberkati anak kami, Evander Benedict Mesi. Amin :)

Salam sayang dan doa kami (Ayah & Bunda) untukmu, nak. :)

Selasa, 25 Oktober 2011

One of My Inspiration was born :)

Akhirnya saya bisa memulai corat-coret saya di blog ini lagi. Postingan saya kali ini saya persembahkan buat Ben anak saya, inspirasi saya. :)

Ben baru lahir, lagi dipakein baju :)

Semalam 24 Oktober 2011 pukul 23.10 WIB, telah lahir anak laki-laki pertama saya di dunia ini. It was amazing. Thanks Jesus. :)

Ben.. Itulah nama panggilan yang diberikan oleh saya dan istri saya.. Seorang anak laki-laki yang lucu dan ganteng kaya ayahnya. *narsis dikit xixixi :p
Ben yang lahir secara normal semalam mempunyai panjang 48cm dan berat 3,7kg, lebih berat 0,4kg dari perkiraan USG oleh dokter. Big boy :D

Dr. Sugijanto, SpOG


Sedikit kisah tentang kelahiran putra pertama kami tersebut, diawali dengan betahnya de2 Ben didalam perut bundanya, yang dimana tanggal perkiraan dokter adalah tanggal 13 Oktober 2011, ternyata ngaret dari perkiraan. Hingga akhirnya tanggal 24 Oktober 2011, dokter Sugijanto, SpOG memutuskan bahwa istri saya harus dirangsang mulesnya. Jadilah saat itu juga istri saya dimasukkan ke ruang bersalin RSIB Mutiara Bunda untuk dilakukan induksi melalui infus..


Setelah perjuangan dari istri saya dan de2 Ben yang cukup lama, sekitar 12 jam mules-mules, akhirnya sekitar pukul 23.00 WIB, dokter mulai melakukan persalinan. Perjuangan berat yang telah dilakukan istri saya untuk mengedan namun de2 Ben belum keluar juga, sehingga dokter memutuskan untuk membantu dengan vacuum. Akhirnya pada pukul 23.10 WIB, Ben dapat hadir ditengah-tengah kami. :)

Banyak keluarga yang datang dan menanti kehadiran de2 Ben malam itu diluar saya dan istri, diantaranya adalah Papa-Mama, Bapak-Mama(alm), Mba Nia-Mas Suryo dan juga Ian serta Putri adik-adik saya. Begitu juga dengan keluarga kami yang lain yang tidak bisa datang, namun doa-doanya telah membantu kelancaran dari persalinan istri saya. Kami semua sangat bersyukur atas kelahirannya di dunia ini. :)

Kado terindah dari Tuhan Yesus akhirnya bisa kami peluk dan cium. Terima kasih dokter Sugijanto, SpOG dan semua bidan serta suster yang telah membantu persalinan Ben. Terima kasih untuk semua keluarga besar dari kami berdua dan juga teman-teman kami yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan doanya. Khususnya, terima kasih atas pertolongan dan bantuan Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus. :)

Harapan kami buatmu Ben, semoga Ben dapat menjadi orang yang dapat berguna bagi semua orang dan selalu tiada lelah belajar untuk menjadi lebih baik dan membagikan cinta kasih yang tulus kepada semuanya, seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus Kristus. :)

Ayah - Ben - Bunda
Tuhan memberkatimu, nak.. :)
Peluk dan cium Ayah & Bunda untuk Ben :-*

Minggu, 09 Oktober 2011

Corat-coret pertama..

Bingung mau nyoret tentang apa.. hahahaha :D

Hmm.. Apa yaa???

Oiya, ini aja deh.. Perkenalkeun nama gw Yosef Sigit A; umur 23 jalan ke 24; status mau menjadi seorang ayah (*saat gw nulis ini yaa, de2nya dikit lagi lahiran :) ); tinggal disekitaran Ciledug & Bekasi; hobi otak atik motor, maen voli, futsal, renang & jalan-jalan; apa lagi ya, kayanya cukup segitu dulu.. :)

Gw tuh sebenernya pengen nyoba ningkatin daya kreatifitas ya salah satunya dengan membuat blog.. *ngarang banget, hahaha :D
Coz selama ini gw ga kalo online cuma taunya FB, Kaskus, buka email, milis, maen game.. hehehe.. Ga da yang lain, boring banget..
So, gw coba-coba membuat blog gw yang pertama.. Eh, ga ding, ini blog gw yg kedua klo ga salah, coz dulu gw juga pernah buat, cuma lupa apa namanya & apa passwordnya & juga lom pernah gw utak atik.. hahahaha.. :D

Ya, di blog gw ini gw mencoba untuk sharing tentang hal-hal atau tulisan yang menginspirasi, mempengaruhi, dan berarti bagi gw.. Mudah-mudahan juga bagi temans yang membaca isi dari blog gw.. :)

"Stay hungry, stay foolish"

Sabar Menanti Waktu Tuhan

Di dalam hidup ini, semua ada waktunya
Ada waktunya kita menabur
Ada juga waktu menuai...

Mungkin dalam hidupmu badai datang menyerbu

Mungkin doamu bagai tidak terjawab!
Namun yakinlah tetap

Tuhan tak'kan terlambat!

Juga tak akan lebih cepat
Semuanya.. Dia jadikan indah tepat pada waktuNya...

Tuhan selalu dengar doamu!
Tuhan tak pernah tinggalkanmu!
PertolonganNya pasti'kan tiba tepat pada waktuNya...

Bagaikan kuncup mawar pada waktunya mekar
Percayalah.. Tuhan jadikan semua indah pada waktuNya...

Hendaklah kita s'lalu hidup dalam firmanNya
Percayalah kepada Tuhan!
Nantikan Dia bekerja pada waktuNya...

Tuhan takkan terlambat
Juga tak akan lebih cepat
Ajarlah kami setia s'lalu menanti waktuMu Tuhan...

Sabtu, 08 Oktober 2011

Stay Hungry, Stay Foolish

Inspirasi yang saya dapat dari cerita pidato Alm. Steve Jobs -  CEO Apple.
 **********************************************************************
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik

Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena "kecelakaan" dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang:"kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab: "Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi. Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan- habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukan-nya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh: Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya.

Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan sans serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah, dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan. Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami -Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama, semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya, saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali, saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya. Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan.

Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian

 Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut- turut, saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takhut malu atau gagal- tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian.Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda. Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani sken pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Paradokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna: Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu. Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasilpemikiran orang lain. Jangan membiarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "Stay Hungry. Stay Foolish." (Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu.Stay Hungry. Stay Foolish.

 
****************************************************************
Steven Paul Jobs III (born February 24, 1955) is the co-founder, Chairman, and CEO of Apple Inc. In the late '70s, Jobs, with Apple co-founder Steve Wozniak, made the easy and affordable personal computer become reality, years before the advent of IBM PC. In the early '80s, still at Apple, Jobs was among the first to see the commercial potential of the mouse-driven GUI (Graphical User Interface). After losing a power struggle with the board of directors in 1985, Jobs resigned from Apple and founded NeXT, a computer platform development company specializing in the higher education and business markets. NeXT's subsequent 1997 buyout by Apple Inc. brought Jobs back to the company he co-founded, and he has served as its CEO from then on. Steve Jobs was listed as Fortune Magazine's Most Powerful Businessman of 2007.